Abortus atau yang lebih dikenal dengan keguguran merupakan kondisi wajar yang rentan dialami wanita pada saat menjalani masa kehamilan. Kondisi abortus adalah berakhirnya kehamilan yang disebabkan oleh beberapa faktor tertentu. Keguguran umumnya terjadi saat kehamilan berusia sekitar 22 minggu.
Keguguran adalah kondisi yang membutuhkan penanganan cepat, karena biasanya berkaitan dengan penyakit yang diderita oleh ibu hamil atau kondisi janin yang tidak mengalami perkembangan.
Baca juga:Tanda Awal Kehamilan yang Para Calon Ibu Harus Tahu
Salah satu jenis abortus adalah abortus habitual adalah kondisi keguguran yang terjadi hingga tiga kali berturut – turut atau lebih pada satu penderita. Abortus habitualis diakibatkan oleh gangguan yang terdapat pada sistem reproduksi.
Penyebab Abortus Habitualis
Mengetahui penyebab abortus habitualis adalah hal yang penting, agar kejadian serupa tidak terjadi pada kehamilan berikutnya. Berikut beberapa penyebab abortus habitualis:
Kelainan Kromosom
50% abortus yang dialami oleh ibu hamil pada trimester pertama masa kehamilan, disebabkan karena kelainan kromosom. Kelainan kromosom dapat dikategorikan sebagai kelainan genetika. Selain itu, faktor usia ibu yang mengandung pada usia diatas 35 tahun dapat meningkatkan risiko keguguran.
Lingkungan
Faktor lingkungan sekitar seperti terpapar radiasi, racun, tembakau, alkohol, dan obat – obatan juga dapat menyebabkan ibu hamil mengalami abortus.
Kelainan Plasenta
Plasenta memiliki peran penting untuk mengalirkan darah antara Ibu dan janin. Plasenta terbentuk sejak awal kehamilan dan dapat mengalami gangguan yang dapat membahayakan keselamatan janin. Beberapa jenis gangguan plasenta antara lain, abrupsi plasenta, plasenta akreta, plasenta previa, insufisiensi plasenta, dan retensi plasenta.
Masalah medis yang diderita oleh Ibu hamil
Beberapa penyakit kronis yang diderita oleh ibu seperti radang paru – paru, anemia, atau infeksi virus toxoplasma dapat memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan kandungan hingga mengakibatkan keguguran.
Gangguan pada organ rahim
Gangguan diakibatkan oleh bentuk rahim yang cenderung ke belakang (umumnya bentuk rahim melengkung ke depan), atau terdapat tumor jinak pada dinding rahim (uterus mioma).
Pencegahan Keguguran yang Dapat Dilakukan
Tes Darah
Melakukan tes darah di laboratorium adalah langkah untuk mengetahui secara pasti faktor apa yang menyebabkan wanita mengalami abortus habitualis. Metode ini juga dilakukan untuk mengetahui beberapa kondisi penting yang harus diketahui oleh ibu hamil, sepertI: pengentalan darah yang dapat menghambat aliran asupan gizi ke janin atau sistem imun berlebihan pada tubuh ibu hamil yang dapat menyebabkan kelainan pada janin.
Biopsi
Bentuk pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah dengan biopsi lapisan rahim, guna memastikan bahwa hormon progesteron tertanam secara normal pada rahim setelah pembuahan (ovulasi).
Laparoskopi
Menurut Dr. Ichnandy A Rachman, SpOG, FMAS, CCD, spesialis kebidanan dan kandungan dari RSIA (Rumah Sakit Ibu & Anak) Budhi Jaya, keguguran seringkali tidak diketahui penyebabnya. Oleh karena itu, tindakan laparoskopi perlu dilakukan.
Laparoskopi adalah pembedahan kecil pada area sekitar perut dan panggul yang hanya memerlukan sayatan kecil untuk memeriksa organ dalam.
Laparoskopi dapat mendeteksi keberadaan beberapa penyakit yang menyebabkan keguguran, seperti distorsi rongga rahim, uterus didelphys bicornis, unicornis, septum uterus atau beberapa kelainan seperti sindrom asherman, fibroid dan polip rahim.
Kesimpulan
Abortus habitualis atau keguguran berulang rentan dialami oleh wanita saat kehamilan menginjak usia sekitar 22 minggu. Keguguran dapat terjadi sebanyak tiga kali berturut – turut atau lebih. Abortus umumnya disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor genetik (kromosom), faktor lingkungan, usia, kelainan pada rahim hingga masalah medis yang diderita oleh ibu hamil.
Kondisi abortus habitualis membutuhkan penanganan cepat. Beberapa pemeriksaan perlu dilakukan untuk mengetahui secara pasti apa penyebab abortus yang terjadi. Hal ini dapat mencegah abortus terjadi pada kehamilan berikutnya.
Tes darah, biopsi dinding rahim, dan laparoskopi adalah beberapa langkah pencegahan abortus habitualis yang dapat dilakukan.