Alopecia areata adalah jenis rambut rontok yang menyerang sebagian kulit kepala, dan terkadang bagian tubuh lainnya mengalami kerontokan. Penyakit ini biasanya terjadi karena kondisi autoimun. Selengkapnya ketahui penyebab, gejala, pengobatan, hingga pencegahannya dalam ulasan di bawah ini.
Apa itu Alopecia Areata?
Alopecia areata adalah penyakit autoimun yang menyebabkan kerontokan rambut tidak merata di bagian tubuh mana pun, namun paling sering menyerang rambut di kulit kepala.
Alopecia areata dapat dimulai pada masa kanak-kanak atau dewasa dan dapat menyerang orang-orang dari etnis, jenis kelamin, atau usia apa pun. Namun, pola kerontokan rambut berbeda pada setiap orang.
Ada beberapa jenis yang berbeda dari alopecia areata. Jenisnya bergantung pada jumlah rambut yang rontok dan di bagian tubuh mana rambut rontok, meliputi.
- Alopecia areata totalis berarti seseorang kehilangan semua rambut di kepalanya.
- Alopecia areata universalis adalah hilangnya rambut di seluruh tubuh.
- Alopecia areata difus adalah penipisan rambut secara tiba-tiba, bukannya hilangnya bagian rambut.
- Ophiasis alopecia areata menyebabkan rambut rontok berbentuk pita di sekitar sisi dan belakang kepala.
Baca juga: Skizofrenia: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Penyebab Alopecia Areata
Alopecia merupakan kondisi autoimun yang artinya penyakit ini berkembang ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel-sel sehat di tubuh Anda.
Pada alopecia areata, sistem kekebalan tubuh menyerang folikel rambut, struktur tempat tumbuhnya rambut. Ketika folikel berubah menjadi lebih kecil dan berhenti memproduksi rambut, kondisi ini menyebabkan rambut rontok.
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan alopecia areata. Namun, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terkena alopecia areata, antara lain:
- Genetika. Jika salah satu anggota keluarga mengalami alopecia areata, kemungkinan besar Anda juga berisiko untuk mengalaminya.
- Kondisi kesehatan tertentu. Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kemungkinan Anda memiliki alopecia areata, termasuk sindrom down, penyakit tiroid, dan vitiligo.
- Kekurangan vitamin dan mineral. Asupan beberapa nutrisi yang tidak cukup, seperti vitamin D dan B3, zinc, zat besi, biotin, dan asam amino, dapat menyebabkan alopecia areata.
Gejala Alopecia Areata
Tanda dan gejala alopecia areata biasanya dimulai antara usia 25 dan 36 tahun. Gejala utamanya adalah rambut rontok yang terjadi pada beberapa sentimeter atau kurang.
Alopecia areata paling sering terjadi di kulit kepala. Namun, rambut rontok juga dapat terjadi di area lain di tubuh, termasuk wajah, dada, tubuh bagian belakang, lengan, dan kaki.
Orang dengan alopecia areata mungkin kehilangan rambut hanya di beberapa tempat, sementara orang lain mungkin kehilangan rambut di lebih banyak area. Rambut rontok terjadi dengan cepat bagi sebagian orang dan bertahap bagi sebagian lainnya.
Gejala alopecia areata lainnya yang mungkin terjadi meliputi:
- Rasa gatal (pruritus) atau sensasi terbakar di area yang terkena.
- Rambut berubah warna menjadi abu-abu, putih, merah, dan cokelat, di area yang terkena.
- Lubang atau lesi di kuku.
- Ostia folikuler – bukaan yang terlihat seperti mulut di folikel rambut.
- Memiliki titik-titik hitam, yaitu batang rambut terlihat pada ostia folikuler.
- Tumbuh rambut pendek yang lebih tebal di bagian atas dan menyempit ke arah kulit kepala.
Baca juga: Esofagitis (Radang Kerongkongan): Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Kapan Harus ke Dokter?
Sebaiknya segera hubungi dokter jika orang yang menderita alopecia areata mengalami ciri-ciri berikut:
- Tampak depresi.
- Mengalami ruam atau iritasi kulit akibat perawatan.
- Memiliki tanda-tanda infeksi kulit, seperti kemerahan, bengkak, hangat, nyeri tekan, demam, atau keluar cairan.
Diagnosis Alopecia Areata
Dokter biasanya dapat mendiagnosis alopecia areata melalui pemeriksaan fisik. Mereka akan menanyakan riwayat kesehatan pada pasien, termasuk kapan mulai menyadari rambut rontok dan apakah memiliki riwayat keluarga dengan alopecia areata atau kelainan autoimun. Dokter mungkin juga memeriksa kondisi kuku pasien.
Jika dokter Anda tidak dapat membuat diagnosis setelah pemeriksaan fisik pada bagian kebotakan, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan berikut:
- Periksa kulit kepala untuk mencari tanda-tanda infeksi.
- Mengambil sampel rambut dan mengirimkannya ke laboratorium untuk dianalisis.
- Melakukan biopsi kulit kepala untuk memeriksa penyakit kulit.
- Melakukan tes darah.
Pengobatan Alopecia Areata
Dengan melakukan pengobatan secara dini, alopecia areata dapat disembuhkan. Sekitar 80 persen orang dengan penyakit ini menemukan bahwa rambutnya tumbuh kembali tanpa pengobatan dalam waktu satu tahun. Namun, jika rambut tidak tumbuh kembali, beberapa perawatan bisa dilakukan.
Berikut ini beberapa pengobatan untuk alopecia areata:
1. Kortikosteroid
Obat anti inflamasi biasa digunakan untuk mengobati penyakit autoimun. Kortikosteroid dapat disuntikkan ke kulit kepala atau area lain, diminum sebagai pil, atau dioleskan sebagai salep, krim, atau busa. Obat ini dapat menimbulkan efek samping, antara lain nafsu makan meningkat, penambahan berat badan, perubahan mood, dan penglihatan kabur.
2. Minoxidil
Minoxidil adalah obat topikal untuk mengobati pola kebotakan pada pria dan wanita. Obat ini biasanya diperlukan waktu sekitar 12 minggu perawatan sebelum rambut mulai tumbuh. Beberapa efek samping termasuk sakit kepala, iritasi kulit kepala, dan pertumbuhan rambut yang tidak biasa.
3. Fototerapi
Fototerapi dilakukan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu khusus. Dokter mungkin menggunakan obat yang disebut psoralen yang dikombinasikan dengan ultraviolet A (PUVA) atau ultraviolet B (PUVB). Gelombang sinar ultraviolet dalam fototerapi mampu membantu kelainan kulit dan kuku tertentu, termasuk alopecia areata.
4. Plasma Kaya Trombosit
Prosedur perawatan ini dilakukan dengan mengeluarkan darah dari tubuh oleh dokter, memprosesnya dan kemudian menyuntikkannya ke kulit kepala Anda untuk merangsang pertumbuhan rambut. Beberapa efek samping mungkin terjadi termasuk nyeri dan iritasi kulit kepala, pusing, mual dan muntah.
5. Imunoterapi Topikal
Dalam pengobatannya, dokter akan mengoleskan alergen ke kulit Anda untuk menciptakan reaksi alergi (dermatitis kontak), yang menyebabkan pertumbuhan rambut. Obat ini dapat menyebabkan efek sampingnya, antara lain iritasi kulit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati), eksim, dan perubahan warna kulit.
Komplikasi Alopecia Areata
Alopecia areata dapat menyebabkan stres dan kecemasan atas ketidakpastian kondisi ini. Jadi penting untuk mendapatkan dukungan, termasuk dari dokter, keluarga, dan teman.
Anda juga dapat mempertimbangkan untuk bergabung dengan kelompok dukungan, tempat Anda dapat terhubung dengan orang lain yang mengalami pengalaman serupa.
Komplikasi lainnya yang mungkin terjadi terkait dengan alopecia areata meliputi:
- Sensasi terbakar
- Peningkatan risiko terkena kanker kulit.
- Penyakit dan iritasi akibat kuman dan partikel yang masuk ke mata, hidung, dan telinga.
Baca juga: Obat TBC (Tuberkulosis) yang Ampuh dan Tersedia di Apotek
Pencegahan Alopecia Areata
Tidak ada cara untuk mencegah alopecia areata. Perawatan dapat mengurangi gejala Anda. Jika Anda menderita alopecia areata, hal itu mungkin datang dan pergi sepanjang hidup Anda.
Demikian ulasan lengkap mengenai penyakit alopecia areata yang menyebabkan kerontokan rambut berpola baik di kepala maupun bagian tubuh lainnya.
Rambut rontok beberapa helai dalam sehari adalah kondisi yang normal. Namun, jika rambut rontok terlihat banyak, berlangsung setiap har, dan timbul pola kebotakan, bisa jadi itu alopecia areata. Bila mengalami gejala yang telah disebutkan di atas, sebaiknya periksakan ke dokter untuk mengetahui penyebab dan pengobatan yang tepat untuk Anda.
Chat dengan dokter rekanan Farmaku di sini untuk konsultasi seputar kesehatan secara keseluruhan, termasuk kesehatan rambut dan kulit kepala.