Gastritis adalah peradangan pada lapisan dinding lambung yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri H. pylori. Kondisi ini dapat ditandai dengan perut kembung dan sakit perut. Baca terus untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai penyebab, gejala, pengobatan hingga pencegahannya dalam ulasan di bawah ini.
Apa itu Gastritis?
Gastritis adalah peradangan pada lapisan dinding lambung yang dapat menyebabkan sakit perut dan kembung. Kemungkinan penyebabnya termasuk bakteri dan beberapa kondisi autoimun.
Gastritis dapat muncul secara tiba-tiba (akut) dan gejalanya dapat hilang dengan cepat tanpa pengobatan. Namun, gastritis yang muncul secara perlahan (kronis) mungkin luput dari perhatian. Tanpa pengobatan, penyakit ini juga dapat menyebabkan komplikasi seiring berjalannya waktu.
Bakteri Helicobacter pylori adalah penyebab paling umum dari gastritis. Dalam kasus lain, peradangan disebabkan oleh iritasi, yang mungkin diakibatkan oleh penggunaan alkohol atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
Baca juga: Hiperemesis Gravidarum: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Penyebab Gastritis
Gastritis adalah respons sistem kekebalan tubuh terhadap sesuatu yang sudah terjadi di dalam perut. Sistem kekebalan tubuh mengirimkan sel-sel inflamasi ke lapisan perut untuk melawan infeksi dan membantu memperbaiki jaringan.
Peradangan dapat menyebabkan gejala gastritis. Namun pemicunya adalah sesuatu yang lain yang mengancam lapisan perut. Ada banyak kemungkinan yang memicu gastritis, antara lain:
1. Infeksi
Infeksi adalah salah satu penyebab paling umum dari penyakit gastritis, terutama penyakit gastritis akut. Infeksi bakteri dan infeksi virus yang terkait dengan flu perut (gastroenteritis) dapat menyebabkan reaksi jangka pendek yang biasanya hilang dengan sendirinya.
Infeksi H. pylori adalah infeksi bakteri kronis umum yang menyebabkan gastritis kronis. Dalam kasus yang lebih jarang, infeksi parasit dan infeksi jamur juga menyebabkan gastritis akut atau kronis.
2. Bahan Kimia
Alkohol dan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan gastritis akut atau kronis, tergantung seberapa banyak dan sering menggunakannya. Ini dapat menyebabkan erosi kimiawi pada lapisan perut A(gastritis erosif).
Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang berlebihan, seperti aspirin dan ibuprofen, adalah salah satu penyebab paling umum dari gastritis akut. Beberapa obat-obatan rekreasional, seperti kokain, juga dapat menyebabkannya.
3. Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun dapat menyebabkan peradangan kronis. Pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel-sel tubuh sendiri dengan peradangan. Gastritis autoimun kronis bisa terjadi secara spontan. Dalam kondisi yang lebih jarang terjadi, mungkin mengalami gastritis sebagai efek samping dari penyakit autoimun lainnya.
4. Berkurangnya Suplai Darah
Operasi besar, trauma, atau penyakit kritis juga dapat menyebabkan gastritis akut. Stres fisiologis yang parah dapat menyebabkan tubuh menarik suplai darah dari sistem pencernaan untuk mengalihkannya ke organ yang lebih vital. Hal ini menurunkan pertahanan lapisan perut, sehingga membuatnya lebih rentan terhadap bahan kimia di dalamnya.
Gejala Gastritis
Gastritis mungkin tidak menimbulkan gejala yang nyata. Jika terjadi, itu kemungkinan penyakitnya lebih parah atau sudah berlangsung lama. Gejalanya mungkin terjadi ketika lapisan lambung sudah cukup rusak sehingga tidak dapat lagi mempertahankan diri terhadap asam dan enzimnya sendiri.
Asam tersebut dapat menyebabkan gejala gangguan pencernaan, atau menyebabkan luka terbuka di lapisan perut yang dapat terasa sakit dan berdarah. Gejala mungkin termasuk:
- Kehilangan nafsu makan, atau merasa kenyang segera setelah makan.
- Sakit perut dan kembung.
- Mual atau muntah.
Jika Anda luka di lapisan lambung berdarah, mungkin menemukan hal berikut:
- Darah hitam di feses (melena).
- Darah hitam pada muntahan (emesis bubuk kopi).
Baca juga: Perut Kembung: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Kapan Harus ke Dokter?
Hampir setiap orang pernah mengalami gangguan pencernaan dan iritasi lambung. Biasanya gangguan pencernaan tidak berlangsung lama dan tidak memerlukan perawatan medis. Namun, jika Anda mengalami gejala gastritis selama seminggu atau lebih, sebaiknya kunjungi dokter.
Selain itu, segera kunjungi dokter apabila mengalami gejala berikut:
- Merasakan sakit parah.
- Muntah-muntah sehingga tidak dapat menahan makanan apa pun.
- Pusing.
- Ketidaknyamanan perut setelah minum obat, terutama aspirin atau obat pereda nyeri lainnya.
- Muntah darah.
- Darah di feses.
- Feses tampak hitam.
Diagnosis Gastritis
Untuk mendiagnosis gastritis, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pribadi dan keluarga Anda, melakukan evaluasi fisik secara menyeluruh, dan merekomendasikan salah satu tes berikut ini:
1. Endoskopi Bagian Atas
Endoskopi adalah tabung tipis berisi kamera kecil yang dimasukkan melalui mulut dan turun ke perut untuk melihat lapisan lambung. Dokter akan memeriksa peradangan dan mungkin melakukan biopsi, yaitu prosedur di mana sedikit sampel jaringan diambil dan kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
2. Tes Darah
Dokter mungkin akan melakukan berbagai pemeriksaan darah, seperti memeriksa jumlah sel darah merah untuk mengetahui apakah Anda menderita anemia. Dokter juga dapat menyaring infeksi H. pylori dan anemia pernisiosa dengan tes darah.
3. Tes Darah Samar (Tes Feses)
Tes darah samar dilakukan untuk membantu memeriksa adanya darah di feses Anda, kemungkinan tanda mengalami gastritis.
Pengobatan Gastritis
Pengobatan penyakit gastritis tergantung pada penyebabnya. Jika gastritis yang disebabkan oleh obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat lain, menghindari obat tersebut mungkin cukup untuk meringankan gejalanya.
Jika Anda merasa obat resep menyebabkan gastritis, konsultasikan ke dokter yang meresepkan obat sebelum menghentikan atau mengubah dosisnya.
Dokter secara rutin mengobati gastritis akibat H. pylori dengan antibiotik untuk membunuh bakterinya. Selain antibiotik, beberapa jenis obat lain yang digunakan untuk mengobati maag, antara lain:
1. Penghambat Pompa Proton
Penghambat pompa proton bekerja dengan memblokir sel-sel yang menghasilkan asam lambung. Penghambat pompa proton yang umum digunakan termasuk omeprazole, lansoprazole, dan esomeprazol.
Namun, penggunaan obat-obatan tersebut dalam jangka panjang, terutama dalam dosis tinggi, dapat meningkatkan risiko patah tulang belakang, pinggul, dan pergelangan tangan. Obat ini juga dapat menyebabkan peningkatan risiko gagal ginjal, demensia, dan kekurangan nutrisi.
2. Obat Pengurang Asam
Famotidine adalah salah satu contoh obat untuk mengurangi jumlah asam yang dihasilkan lambung.
Dengan menurunkan jumlah asam yang dilepaskan ke saluran pencernaan, obat-obatan ini dapat meringankan rasa sakit akibat gastritis dan memungkinkan lapisan lambung pulih.
3. Antasida
Dokter mungkin merekomendasikan agar Anda menggunakan antasida untuk meredakan gejala gastritis dengan cepat. Obat-obatan ini dapat menetralkan asam di lambung.
Beberapa antasida dapat menyebabkan diare atau sembelit, jadi konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami salah satu efek samping tersebut.
4. Probiotik
Probiotik telah terbukti dapat membantu mengisi kembali flora pencernaan dan menyembuhkan gastritis. Namun, tidak ada bukti bahwa obat tersebut berdampak pada sekresi asam.
Baca juga: Tukak Lambung: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Komplikasi Gastritis
Penyakit gastritis yang tidak diobati dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Bentuk-bentuk gastritis tertentu dapat meningkatkan risiko terkena kanker perut, terutama pada orang-orang dengan lapisan lambung yang menipis.
Komplikasi gastritis yang mungkin terjadi, termasuk:
- Anemia.
- kekurangan vitamin B12, vitamin D, asam folat, vitamin C, seng, kalsium, dan magnesium.
- Pendarahan di perut.
- Perforasi di dalam perut.
- Tukak lambung.
- Gastritis atrofi kronis, yang menyebabkan hilangnya sel-sel di kelenjar lambung selain peradangan.
- Metaplasia lambung dan displasia, yaitu jenis lesi prakanker di lambung.
- Achlorhydria, yang mencegah lambung memproduksi asam yang dibutuhkan untuk mencerna makanan dengan baik.
- Perforasi lambung.
- Kanker seperti adenokarsinoma (kanker lambung), limfoma jaringan limfoid terkait mukosa (MALT), dan tumor neuroendokrin (NET).
Kendati potensi komplikasi ini, penting untuk berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami gejala gastritis, terutama jika gejala tersebut kronis.
Pencegahan Gastritis
Pencegahannya mungkin bergantung pada kondisi kesehatan Anda dan apakah Anda memiliki kondisi yang membuat berisiko terkena gastritis atau tidak. Namun, karena penyebabnya tidak selalu jelas, maka penyakit ini sulit dicegah. Namun, ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk pencegahan, antara lain:
- Mempertahankan kebiasaan kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan dapat membantu mengurangi risiko terkena infeksi H. pylori.
- Jaga kesehatan mental dengan melakukan perawatan diri dan menghilangkan stres dapat mengurangi risiko terkena gastritis akibat stres.
- Makan dalam porsi sedikit dengan lebih perlahan dan teratur. Selain itu, hindari atau batasi makanan yang digoreng, asin, manis, dan pedas karena makanan ini dapat memicu gejala gastritis.
- Berhenti merokok.
- Menghindari atau membatasi alkohol dan kafein.
Demikian ulasan lengkap mengenai gastritis, mulai dari penyebab hingga pencegahanya yang perlu Anda ketahui, terutama bagi Anda yang sering kali mengalami masalah pencernaan.
Chat dengan dokter rekanan Farmaku di sini untuk konsultasi seputar kesehatan secara keseluruhan, termasuk masalah pencernaan dan pengobatannya.