Intoleransi laktosa adalah ketidakmampuan tubuh mencerna laktosa dalam susu. Gejala kondisi ini ditandai dengan diare, gas, dan kembung. Simak selengkapnya mulai dari penyebab, gejala, pengobatan hingga pencegahan dalam ulasan di bawah ini.
Apa itu Intoleransi Laktosa?
Intoleransi laktosa adalah suatu kondisi ketika tubuh tidak dapat sepenuhnya mencerna gula (laktosa) dalam susu. Sebagai akibatnya orang dengan intoleransi laktosa mengalami diare, gas, dan kembung setelah makan atau minum produk susu. Kondisi ini juga disebut malabsorpsi laktosa yang biasanya tidak berbahaya, namun gejalanya dapat menimbulkan ketidaknyamanan.
Terlalu sedikit enzim yang diproduksi di usus kecil (laktase) biasanya dapat menyebabkan intoleransi laktosa. Seseorang mungkin memiliki kadar laktase yang rendah dan masih mampu mencerna produk susu. Namun jika kadarnya terlalu rendah, menjadi tidak toleran terhadap laktosa, sehingga menimbulkan gejala setelah makan atau minum produk susu.
Baca juga: Merek Susu Formula Bayi 0-6 Bulan Terbaik untuk Buah Hati
Penyebab Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa disebabkan ketika usus kecil tidak menghasilkan cukup enzim (laktase) untuk mencerna gula susu (laktosa). Biasanya laktase mengubah gula dalam susu menjadi dua gula sederhana (yaitu glukosa dan galaktosa) yang diserap ke dalam aliran darah melalui lapisan usus.
Jika tubuh kekurangan laktase, laktosa dalam makanan berpindah ke usus besar alih-alih diproses dan diserap. Di usus besar, bakteri normal berinteraksi dengan laktosa yang tidak tercerna, kemudian menyebabkan tanda dan gejala intoleransi laktosa.
Terdapat tiga jenis intoleransi laktosa dan ada berbagai faktor penyebab defisiensi laktase yang mendasari setiap jenisnya, antara lain:
1. Intoleransi Laktosa Primer
Orang yang memiliki intoleransi laktosa primer (jenis yang paling umum) mulai hidup dengan memproduksi cukup laktase. Bayi yang mendapatkan seluruh nutrisinya dari susu membutuhkan laktase.
Saat anak-anak mengganti susu dengan makanan lain, jumlah laktase yang diproduksi biasanya akan menurun, namun biasanya tetap cukup tinggi untuk mencerna jumlah susu dalam pola makan orang dewasa. Bagi orang dengan intoleransi laktosa primer, produksi laktase menurun tajam pada usia dewasa, sehingga produk susu sulit untuk dicerna.
2. Intoleransi Laktosa Sekunder
Jenis intoleransi laktosa ini terjadi ketika usus kecil menurunkan produksi laktase setelah sakit, cedera, atau operasi yang melibatkan usus kecil. Beberapa penyakit yang terkait dengan intoleransi laktosa sekunder termasuk infeksi usus, penyakit celiac, pertumbuhan bakteri berlebih, dan penyakit Crohn.
Pengobatan gangguan yang mendasarinya mungkin dapat membantu memulihkan kadar laktase dan memperbaiki tanda dan gejalanya meskipun memerlukan waktu.
3. Intoleransi Laktosa Bawaan atau Perkembangan
Meskipun jarang terjadi, bayi yang dilahirkan dengan intoleransi laktosa dapat terjadi akibat kekurangan laktase.
Kelainan tersebut diturunkan dari generasi ke generasi dalam pola pewarisan atau disebut autosomal resesif. Itu artinya ibu dan ayah mewariskan varian gen yang sama agar seorang anak dapat terkena penyakit ini.
Bayi prematur juga dapat mengalami intoleransi laktosa karena memiliki kadar laktase yang tidak mencukupi.
Gejala Intoleransi Laktosa
Tanda dan gejala akibat intoleransi laktosa biasanya mulai terjadi sekitar 30 menit hingga dua jam setelah makan atau minum makanan yang mengandung laktosa.
Tanda dan gejala intoleransi laktosa yang umum terjadi meliputi:
- Diare.
- Mual dan muntah (jarang)
- Kram perut.
- Gas.
- Kembung.
Kapan Harus ke Dokter?
Sebaiknya hubungi dokter jika Anda kesulitan mengatasi gejala intoleransi. Beberapa gejala kondisi ini mungkin memalukan. Untuk membantu mengendalikan gejalanya, dokter dapat bekerja sama dengan penderita intoleransi laktosa. Tentang rencana pengobatan dan pencegahanya.
Baca juga: Suplemen dan Obat Pelancar ASI untuk Ibu Menyusui
Diagnosis Intoleransi Laktosa
Jika diduga atau dirasa memiliki intoleransi laktosa, penderitanya dapat membuat catatan harian makanan yang mencantumkan makanan yang mereka makan dan gejala apa pun yang muncul. Cara ini dapat membantu penderita dan dokter untuk mengetahui makanan mana yang menyebabkan gejala tersebut.
Sebagian besar dokter menyarankan agar orang dengan intoleransi laktosa mencoba diet bebas laktosa selama jangka waktu tertentu untuk melihat apakah gejalanya membaik.
Beberapa tes dapat membantu mendeteksi intoleransi laktosa, antara lain:
- Tes napas hidrogen. Sebelum menjalani tes ini diharuskan berpuasa semalaman dan kemudian meminum larutan laktosa keesokan paginya. Dokter kemudian mengukur kadar hidrogen di udara yang dihembuskan. Kadar hidrogen yang tinggi dapat menunjukkan intoleransi laktosa.
- Tes toleransi laktosa. Selama tes harus mengonsumsi larutan laktosa, dan dokter mengambil sampel darah untuk mengukur kadar glukosanya. Jika kadar glukosa darah tetap sama, tubuh belum memecah laktosa dengan baik.
- Tes sampel feses. Kendati tes toleransi laktosa dan tes napas hidrogen tidak cocok untuk bayi, dokter mungkin melakukan tes feses. Tingginya kadar asetat dan asam lemak lainnya dalam feses bisa menjadi tanda intoleransi laktosa.
Pengobatan Intoleransi Laktosa
Jika tidak ingin berhenti mengonsumsi produk susu karena memiliki intoleransi laktosa, beberapa perawatan alami bisa membantu meringankan gejala intoleransi laktosa. Berikut ini beberapa perawatan untuk intoleransi laktosa:
1. Suplemen Enzim
Mengonsumsi suplemen enzim bisa membantu tubuh mencerna laktosa. Namun, efektivitas produk ini sangat bervariasi, mulai dari tidak adanya efek yang terlihat hingga berkurangnya gejala intoleransi laktosa dengan hasil tes napas hidrogen yang lebih baik.
Sementara orang lain mungkin mengalami penurunan gejala tanpa perubahan pada hasil tes napas hidrogen, yang menunjukkan efek plasebo. Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum mencoba suplemen ini.
2. Paparan Laktosa
Jika memiliki intoleransi laktosa, mengonsumsi laktosa secara teratur bisa membantu tubuh beradaptasi.
Sejauh ini penelitian mengenai metode paparan laktosa masih terbatas, namun hasil awal menunjukkan tanda-tanda positif.
Melalui paparan laktosa secara teratur, mikrobiota usus mungkin mampu memproduksi cukup laktase untuk meringankan gejala intoleransi laktosa – meskipun tubuh sendiri mengalami kekurangan laktase.
Namun, konsistensi adalah kunci penting dalam metode perawatan ini. Susu tinggi kandungan lemak seperti susu murni mungkin menjadi pilihan terbaik karena tubuh mencernanya lebih lambat, sehingga berpotensi memberi bakteri usus lebih banyak waktu untuk mencerna laktosa.
3. Probiotik dan Prebiotik
Probiotik adalah mikroorganisme yang memberikan manfaat bagi kesehatan, sedangkan prebiotik adalah jenis serat yang berfungsi sebagai makanan bagi mikroorganisme tersebut. Memberi makan bakteri menguntungkan di usus.
Probiotik dan prebiotik telah terbukti mampu mengurangi gejala intoleransi laktosa, meskipun masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Beberapa jenis probiotik dan prebiotik mungkin lebih efektif dibandingkan yang lain. Probiotik yang diperkirakan paling bermanfaat adalah strain Bifidobacteria dan Lactobacillus, yang sering ditemukan dalam yoghurt dan suplemen probiotik.
Baca juga: Apakah Boleh Ibu Hamil Minum Yakult?
Komplikasi Intoleransi Laktosa
Penderita intoleransi laktosa mungkin tidak mendapatkan kalsium dan vitamin D yang cukup jika mereka sama sekali tidak mengonsumsi produk susu. Mungkin dianjurkan mengonsumsi suplemen atau menggunakan enzim laktase yang dijual bebas untuk mengonsumsi produk susu tanpa sakit perut.
Orang yang mengurangi makanan dengan kandungan gluten mungkin perlu makan lebih banyak sayuran segar, buah-buahan, dan biji-bijian bebas gluten untuk memastikan mereka mendapatkan cukup serat dan nutrisi lain seperti vitamin B dalam makanannya, yang penting untuk kesehatan.
Pencegahan Intoleransi Laktosa
Satu-satunya cara bagi penderita intoleransi laktosa untuk mencegah munculnya gejala adalah menghindari semua produk susu.
Penderita intoleransi laktosa dapat memilih alternatif nabati untuk produk susu, namun mereka harus berhati-hati dalam mengonsumsi kalsium yang cukup untuk mencegah osteoporosis.
Orang lain dengan intoleransi laktosa mungkin dapat mentoleransi produk susu dalam jumlah kecil tanpa gejala.
Itulah ulasan lengkap mengenai intoleransi laktosa, terutama bagi penderitanya atau orang tua yang memiliki anak dengan kondisi. Dengan mengetahui penyebab hingga gejala intoleransi laktosa dapat membantu pengobatan maupun pencegahan munculnya gejala.
Chat dengan dokter rekanan Farmaku di sini untuk konsultasi seputar kesehatan secara keseluruhan, termasuk intoleransi laktosa dan penanganannya.