Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri, Penyakit ini ditandai luka parah pada kulit dan kerusakan saraf di lengan, kaki, dan sekitar tubuh. Baca terus untuk mendapatkan informasi lengkap penyakit kusta, mulai dari penyebab, gejala, pengobatan hingga pencegahan dalam ulasan di bawah ini.
Apa itu Kusta?
Kusta atau juga disebut lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyebabkan luka parah di kulit, kerusakan saraf (di lengan, kaki, dan sekitar tubuh), dan kelemahan otot yang semakin parah seiring berjalannya waktu. Penyakit ini juga dapat menyerang mata dan jaringan tipis yang melapisi bagian dalam hidung.
Siapa pun dapat tertular penyakit ini hanya jika melakukan kontak dekat dan berulang-ulang dengan tetesan kecil dari hidung dan mulut (droplet) dari penderita kusta yang tidak diobati. Anak-anak lebih mungkin terkena penyakit ini dibandingkan orang dewasa.
Baca juga: Herpes: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Penyebab Kusta
Penyakit kusta dapat disebabkan oleh Mycobacterium leprae (M. leprae), jenis bakteri yang tumbuh lambat. Penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit Hansen, diambil dari nama ilmuwan yang menemukan M. leprae di tahun 1873.
Tidak jelas bagaimana penyakit kusta dapat ditularkan. Ketika penderita penyakit kusta mengalami batuk atau bersin, mereka dapat menyebarkan tetesan kecil atau droplet yang mengandung bakteri M. leprae yang dihirup oleh orang lain.
Dibutuhkan kontak fisik yang dekat dengan orang yang terinfeksi untuk menularkan penyakit kusta. Penyakit ini tidak menular melalui kontak biasa seperti berjabat tangan, berpelukan, atau duduk di samping seseorang di kendaraan umum atau di meja saat makan.
Ibu hamil memiliki kusta tidak dapat menularkannya kepada janin dalam kandungan. Penyakit ini juga tidak menular melalui kontak seksual.
Gejala Kusta
Penyakit kusta atau lepra umumnya menyerang kulit dan saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang, yang disebut saraf tepi. Penyakit ini juga menyerang mata dan jaringan tipis yang melapisi bagian dalam hidung.
Gejala utama penyakit kusta adalah luka dan benjolan pada kulit yang tidak hilang setelah beberapa minggu atau bulan. Lukanya rata dan lebih pucat dibandingkan kulit di sekitarnya. Gejala kusta lainnya yang mungkin terjadi termasuk:
- Pertumbuhan pada kulit.
- Kulit yang kaku, tebal, atau kering.
- Benjolan atau bengkak di wajah atau telinga.
Sedangkan kerusakan saraf akibat kusta dapat menyebabkan gejala berikut:
- Hilangnya rasa di area yang terkena dampak, yang berarti tidak dapat merasakan sakit dan berisiko mengalami cedera.
- Kelemahan pada otot.
- Masalah penglihatan.
Penderita kusta juga bisa mengalami hidung tersumbat atau mimisan jika penyakit ini menyerang selaput lendir di hidung.
Jika kusta berada pada stadium lanjut, gejalanya bisa meliputi:
- Kerontokan pada alis dan/atau bulu mata.
- Luka di telapak kaki yang tak kunjung sembuh.
- Nyeri, kemerahan, dan sensasi terbakar.
- Kelainan bentuk hidung, tangan, dan kaki.
- Kebutaan.
- Jari kaki dan jari lebih pendek.
- Kelumpuhan pada kaki dan tangan.
Baca juga: Panu (Tinea Versicolor): Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
Kapan Harus ke Dokter?
Sebaiknya segera hubungi dokter jika Anda memiliki gejala kusta yang telah dijelaskan di atas, terutama jika pernah melakukan kontak dekat dengan penderita penyakit tersebut.
Diagnosis Kusta
Sebagai langkah awal untuk diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda dan gejala penyakit. Dokter juga akan melakukan biopsi dengan mengambil sepotong kecil kulit atau saraf dan mengirimkannya ke laboratorium untuk dilakukan pengujian.
Dokter mungkin juga kan melakukan tes kulit lepromin untuk mengetahui bentuk penyakit kusta. Dokter akan menyuntikkan sedikit bakteri penyebab penyakit kusta, yang telah dinonaktifkan ke dalam kulit, biasanya di lengan atas.
Pengobatan Kusta
Perawatan lepra tergantung pada jenis kusta yang dimiliki pasien. Antibiotik mungkin digunakan untuk mengobati infeksi. Dokter mungkin akan menganjurkan pengobatan jangka panjang, biasanya selama 6 bulan hingga satu tahun.
Jika mengalami kusta yang serius, penderita penyakit ini mungkin perlu minum antibiotik lebih lama. Antibiotik tidak bisa mengobati kerusakan saraf yang disebabkan oleh penyakit ini.
Terapi multidrug (MDT) adalah pengobatan umum untuk kusta yang menggabungkan antibiotik. Itu artinya penderita kusta akan meminum dua atau lebih obat, biasanya antibiotik untuk kondisi berikut:
- Kusta paucibacillary. Pasien kusta akan meminum dua antibiotik, seperti dapsone setiap hari dan rifampicin sebulan sekali.
- Kusta multibasiler. Mengonsumsi antibiotik klofazimin dosis harian selain dapsone harian dan rifampicin bulanan. Anda akan menjalani terapi multi-obat selama 1-2 tahun, dan kemudian Anda akan sembuh.
Pasien penderita kusta juga dapat mengonsumsi obat antiinflamasi untuk mengendalikan nyeri dan kerusakan saraf. Ini bisa termasuk steroids seperti prednisone.
Dokter terkadang mengobati kusta dengan thalidomide, obat ampuh yang menekan sistem kekebalan tubuh. Intu membantu mengobati bintil-bintil di kulit. Obat thalidomide juga diketahui dapat menyebabkan cacat lahir yang parah dan mengancam jiwa. Perlu diperhatikan, jangan pernah meminumnya jika sedang hamil atau berencana untuk hamil.
Baca juga: Candidiasis Mulut: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Komplikasi Kusta
Apabila tanpa mendapatkan pengobatan, penyakit kusta dapat merusak kulit, saraf, lengan, tungkai, kaki, dan mata secara permanen. Kemungkinan komplikasi kusta yang dapat terjadi meliputi:
- Kebutaan atau glaukoma.
- Iritis.
- Rambut rontok.
- Infertilitas (kemandulan).
- Kerusakan pada wajah (termasuk pembengkakan permanen dan benjolan).
- Disfungsi ereksi dan infertilitas pada pria.
- Gagal ginjal.
- Kelemahan otot yang menyebabkan tangan seperti cakar atau tidak mampu melenturkan kaki.
- Kerusakan permanen pada bagian dalam hidung, yang menyebabkan mimisan dan hidung tersumbat kronis.
- Kerusakan permanen pada saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang, termasuk di lengan, tungkai, dan kaki.
Baca juga: Definisi Dermatographia , Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
Pencegahan Kusta
Cara terbaik untuk mencegah penyebaran penyakit kusta adalah mendeteksi penyakit secara dini dan pengobatan.
Meskipun sedikit risiko tertular penyakit kusta, seseorang dapat mengurangi risikonya lebih lanjut dengan menghindari kontak dekat dengan kulit dan cairan tubuh orang yang mengidapnya.
Jika ada anggota rumah tangga yang pernah melakukan kontak dengan penderita kusta, sebaiknya segera periksa ke dokter. Mungkin akan memerlukan pemeriksaan lanjutan setidaknya selama 5 tahun.
Demikian ulasan lengkap penyakit penyakit kusta atau lepra yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Kendati penyakit ini dapat menular, penting untuk mengenali gejala hingga bagaimana cara pencegahannya.
Chat dengan dokter rekanan Farmaku di sini untuk konsultasi seputar kesehatan secara keseluruhan, termasuk infeksi bakteri dan pengobatannya.