Polifagia adalah rasa lapar ekstrem yang mungkin tidak terpuaskan meskipun sudah makan. Banyak kondisi medis yang dapat menyebabkan polifagia, dan penyebab utamanya harus diobati agar dapat teratasi. Simak informasi selengkapnya mulai dari penyebab, gejala, pengobatan hingga pencegahannya dalam ulasan di bawah ini.
Apa itu Polifagia?
Polifagia atau disebut hiperfagia adalah istilah medis untuk perasaan lapar yang ekstrem dan tak terpuaskan. Ini merupakan gejala dari kondisi kesehatan tertentu. Makan biasanya tidak meredakan polifagia, kecuali dalam kasus gula darah rendah (hipoglikemia).
Makan berlebih akibat perasaan ini mungkin dapat menyebabkan penambahan berat badan atau tidak, tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Dalam beberapa kasus, hal ini dikaitkan dengan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Meningkatnya rasa lapar adalah respons normal tubuh terhadap situasi seperti puasa atau olahraga berat. Namun rasa lapar yang intens dan tak terpuaskan seperti polifagia sering kali merupakan tanda kondisi kesehatan yang memerlukan perawatan medis, seperti diabetes.
Baca juga: Dampak Akibat Pola Makan Tidak Teratur
Penyebab Polifagia
Polifagia muncul sebagai gejala dari beberapa kondisi medis yang berkaitan dengan kesehatan mental dan fisik. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan polifagia, antara lain.
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah gula darah rendah. Meskipun paling sering terjadi pada penderita diabetes, tetapi penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja. Gejala hipoglikemia ditandai pusing, sakit kepala, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, gemetar, berkeringat, dan perubahan kepribadian.
Baca juga: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Hipokalemia
2. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah suatu kondisi di mana tiroid bekerja terlalu cepat. Tiroid adalah kelenjar yang menghasilkan hormon yang mengontrol banyak fungsi tubuh. Salah satu fungsi hormon tiroid adalah untuk mengontrol metabolisme, sehingga nafsu makan dapat meningkat jika terlalu banyak mengonsumsi hormon tiroid.
3. Diabetes
Polifagia mungkin merupakan tanda penyakit diabetes. Saat makan, tubuh mengubah makanan menjadi glukosa yang kemudian menggunakan hormon yang disebut insulin untuk membawa glukosa dari aliran darah ke sel. Sel kemudian menggunakan glukosa ini untuk energi dan fungsi tubuh normal.
4. Sindrom Pramenstruasi (PMS)
Perubahan hormon yang terkait dengan siklus bulanan wanita dapat membuat wanita sangat lapar sebelum menstruasi. Lonjakan kadar hormon estrogen dan progesteron serta penurunan serotonin dapat menyebabkan keinginan yang kuat untuk mengonsumsi karbohidrat dan lemak.
5. Kurang Tidur
Kurang tidur dapat mempersulit tubuh untuk mengontrol kadar hormon yang mengatur rasa lapar. Selain merasa sangat lapar, Anda mungkin mengonsumsi makanan dengan kalori lebih banyak dari biasanya.
6. Stres
Saat stres, tubuh melepaskan banyak hormon yang disebut kortisol. Hormon kortisol bisa membuat seseorang lapar. Rasa lapar yang ekstrem saat stres atau cemas mungkin juga merupakan respons emosional. Penderita stres mungkin menggunakan makanan untuk mencoba mengatasi emosi negatif, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Gejala Polifagia
Tanda utama polifagia adalah pola makan yang tidak normal. Rasa lapar yang tidak kunjung hilang hanya dengan makan secara normal. Jika tidak melakukan olahraga secara intensif atau pola olahraga dan masih ingin makan sepanjang waktu, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter.
Kapan Harus ke Dokter?
Polifagia biasanya merupakan tanda masalah kesehatan yang memerlukan perawatan medis, seperti diabetes, episode hipoglikemia, dan hipertiroidisme. Jika mengalami rasa lapar yang hebat, segera temui dokter.
Jika Anda atau anak mengalami polifagia disertai gejala lain, seperti rasa haus yang berlebihan, penurunan berat badan, dan sering buang air kecil, segera bawa ke unit gawat darurat (UGD). Mungkin Anda menderita diabetes tipe 1, yang berakibat fatal jika tidak ditangani tepat waktu karena komplikasi yang disebut ketoasidosis terkait diabetes.
Diagnosis Polifagia
Polifagia dapat menandakan masalah kesehatan yang mendasarinya. Oleh karena itu, dokter akan memeriksa kemungkinan gejala lainnya dan sudah berapa lama mengalami kondisi tersebut. Dokter mungkin juga akan menanyakan tentang pola makan pasien penderita polifagia.
Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan berikut:
- Tes fungsi tiroid untuk menilai apakah tiroid pasien berfungsi dengan baik.
- Tes glukosa darah untuk menilai apakah pasien menderita diabetes atau kondisi lainnya
- Tes lain untuk mengesampingkan kondisi medis lainnya.
Pengobatan Polifagia
Perawatan untuk polifagia bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Penyakit ini biasanya akan hilang setelah kondisi yang menyebabkannya diobati dengan baik dan benar.
Misalnya, pengobatan untuk diabetes tipe 1 dengan suntikan insulin seumur hidup dan kadar gula darah. Hipoglikemia harus diobati dengan makan atau minum gula (glukosa) atau dengan suntikan glukagon atau bedak hidung. Sedangkan perawatan untuk hipertiroidisme mungkin dengan obat antitiroid, yodium radioaktif atau pembedahan.
Jika obat tertentu menyebabkan polifagia, dokter mungkin akan mengganti obat tersebut jika memungkinkan.
Baca juga: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Hipokalemia
Pencegahan Polifagia
Apabila polifagia terkait stres dan kecemasan, penting untuk menemukan cara sehat mengatasi emosi in. Melakukan aktivitas berikut dapat membantu menguranginya, antara lain:
- Olahraga.
- Meditasi.
- Bersosialisasi.
Menjalani pola makan seimbang dan mempraktikkan teknik makan yang sadar juga bisa membantu mencegah makan berlebihan.
Demikian ulasan lengkap mengenai polifagia yang perlu diketahui, terutama jika Anda sering sering merasa lapar meski sudah makan dan sering makan secara berlebihan.
Chat dengan dokter rekanan Farmaku di sini untuk konsultasi seputar kesehatan secara keseluruhan, termasuk masalah makan dan pengobatannya.