Sakit kepala adalah kondisi yang umum terjadi bagi sebagian besar orang. Tidak hanya karena beban pikiran, sakit kepala dapat disebabkan oleh kondisi lainnya yang perlu Anda waspadai. Lebih lanjut simak selengkapnya mulai dari penyebab gejala, pengobatan hingga pencegahan sakit kepala dalam ulasan di bawah ini.
Apa itu Sakit Kepala?
Sakit kepala adalah nyeri di kepala atau wajah yang biasanya digambarkan sebagai tekanan yang berdenyut, terus-menerus, tajam, atau tumpul. Sakit kepala bisa sangat berbeda dalam hal jenis nyeri, tingkat keparahan, lokasi, dan frekuensinya.
Sakit kepala merupakan kondisi yang sangat umum dialami oleh kebanyakan orang berkali-kali sepanjang hidupnya.
Meskipun sebagian besar sakit kepala tidak berbahaya, namun jenis sakit kepala tertentu bisa menjadi tanda kondisi yang lebih serius.
Penyebab Sakit Kepala
Rasa sakit yang dirasakan saat sakit kepala berasal dari gabungan sinyal antara otak, pembuluh darah, dan saraf di sekitarnya. Saraf tertentu di pembuluh darah dan otot kepala aktif dan mengirimkan sinyal rasa sakit ke otak. Namun tidak jelas bagaimana sinyal ini bisa diaktifkan.
Berikut ini penyebab umum sakit kepala, di antaranya:
1. Penyakit
Sejumlah penyakit termasuk infeksi, pilek, dan demam menjadi penyebab sakit kepala. Sakit kepala juga umum terjadi pada kondisi seperti sinusitis (radang sinus), infeksi tenggorokan, atau infeksi telinga.
Dalam beberapa kasus, sakit kepala bisa disebabkan oleh pukulan di kepala atau merupakan tanda dari masalah medis yang lebih serius.
2. Stres
Stres emosional dan depresi serta mengonsumsi minuman beralkohol, melewatkan makan, perubahan pola tidur, dan minum terlalu banyak obat juga menjadi penyebab sakit kepala. Penyebab lainnya termasuk ketegangan pada leher atau punggung karena postur tubuh yang buruk.
3. Polusi Lingkungan
Sakit dapat disebabkan oleh polusi lingkungan, termasuk asap rokok, asap kendaraan, bau menyengat dari bahan kimia, atau aroma parfum rumah tangga, alergen, dan makanan tertentu.
Kemungkinan pemicu lainnya termasuk kebisingan, pencahayaan, dan perubahan cuaca.
4. Kafein
Asupan kafein dari minuman tertentu dapat mempengaruhi aliran darah ke otak. Apabila mengonsumsinya dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan sakit kepala. Begitu juga bila berhenti mengonsumsi kafein.
Ketika otak terbiasa terpapar kafein, mungkin akan menyebabkan nyeri jika tidak mengonsumsinya lagi. Hal ini mungkin karena kafein yang telah mengubah kimiawi otak. Oleh sebab itu, asupan kafein dalam jumlah sedang dan tidak terlalu berlebihan dapat mencegah terjadinya sakit kepala.
5. Genetika
Sakit kepala, terutama sakit kepala migrain, cenderung diturunkan dari keluarga. Sebagian besar anak-anak dan remaja yang menderita migrain memiliki anggota keluarga lain yang juga mengalaminya.
Apabila kedua orang tuanya mempunyai riwayat migrain, maka ada kemungkinan 70% anaknya juga akan menderita migrain. Jika hanya salah satu orang tua yang memiliki riwayat jenis sakit kepala ini, risikonya turun menjadi 25%-50%.
Gejala Sakit Kepala
Ciri-ciri sakit kepala dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari bisa berbeda-beda. Sakit kepala umumnya ditandai dengan gejala berikut:
- Sakit kepala terjadi di satu atau kedua sisi kepala.
- Nyeri menyebar ke wajah, leher, dan bahu.
- Rasa sakit berasal dari suatu titik pusat.
- Rasa sakit yang tajam, berdenyut, atau tumpul.
- Rasa sakit datang secara bertahap atau tiba-tiba.
Rasa sakit yang terjadi dapat berlangsung kurang dari satu jam dan bahkan hingga beberapa hari.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda atau anak Anda mengalami salah satu dari gejala sakit kepala berikut, segera dapatkan perawatan medis:
- Sakit kepala yang tiba-tiba, baru dan parah.
- Sakit kepala disertai demam, sesak napas, leher kaku, atau ruam.
- Sakit kepala yang terjadi setelah cedera kepala atau kecelakaan.
- Mengalami sakit kepala jenis baru setelah usia 55 tahun.
Segera dapatkan perawatan medis apabila sakit kepala terkait dengan gejala neurologis, meliputi:
- Kelemahan.
- Pusing.
- Kelumpuhan.
- Kesulitan berbicara.
- Kebingungan mental.
- Kejang.
- Mati rasa atau kesemutan.
- Tiba-tiba kehilangan keseimbangan atau terjatuh.
- Perubahan kepribadian/perilaku tidak pantas.
- Perubahan penglihatan (penglihatan kabur, penglihatan ganda atau titik buta).
Diagnosis Sakit Kepala
Sebagai langkah awal pemeriksaan, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan lengkap untuk membantu mendiagnosis sakit kepala. Langkah ini adalah bagian pertama dan seringkali merupakan bagian terpenting dari diagnosis sakit kepala. Dokter juga akan menanyakan jenis nyeri sakit kepala yang dialami, antara lain frekuensi, seberapa keras rasa sakit, dan lokasi rasa sakitnya.
Selain menanyakan riwayat kesehatan, dokter mungkin akan menggunakan teknik diagnostik tingkat lanjut untuk mengidentifikasi sakit kepala pasien. Tes-tes ini sangat efektif dalam membantu mendiagnosis sakit kepala sekunder. Tes ini mungkin termasuk berikut:
- Erythrocyte sedimentation rate (ESR), tes darah yang dapat mendeteksi peradangan.
- Magnetic resonance imaging (MRI).
- Computed tomography (CT) scan.
- Digital subtraction angiography, tes invasif minimal yang menggunakan sinar-X dan kontras yodium untuk menghasilkan gambaran pembuluh darah di otak.
- Spinal tap, untuk mengetahui adanya perdarahan di otak atau adanya infeksi bakteri atau jamur.
Pengobatan Sakit Kepala
Pengobatan sakit kepala tergantung pada jenisnya. Salah satu aspek terpenting dalam mengobati sakit kepala primer adalah mencari tahu pemicunya. Setelah mengetahui pemicunya, dokter dapat menyesuaikan pengobatannya untuk Anda.
Teknik konseling dan mengendalikan stres dapat membantu menangani pemicunya dengan lebih baik. Dengan menurunkan tingkat stres, kemungkinan dapat menghindari sakit kepala akibat stres.
Tidak semua sakit kepala memerlukan pengobatan. Meski begitu, berbagai perawatan tersedia. Pengobatannya tergantung pada jenis, frekuensi, dan penyebab sakit kepala. Adapun pilihan pengobatan untuk sakit kepala, meliputi:
1. Mangendalikan Stres
Mengendalikan stres akan mengajarkan penderita sakit kepala bagaimana cara mengatasi situasi stres. Teknik relaksasi dapat membantu mengelola stres. Caranya dengan menggunakan pernapasan dalam, relaksasi otot, dan musik untuk meredakan stres.
2. Biofeedback untuk Sakit Kepala
Biofeedback mengajarkan penderita sakit kepala untuk mengenali kapan ketegangan mulai terjadi di tubuh. Anda perlu belajar bagaimana tubuh merespons situasi stres dan cara mengatasinya.
Selama biofeedback, sensor terhubung ke tubuh. Dokter akan memantau respons fisik Anda yang tidak disengaja terhadap sakit kepala, yang meliputi peningkatan:
- Kecepatan pernapasan.
- Detak.
- Suhu.
- Detak jantung.
- Ketegangan otot.
- Aktivitas otak.
3. Obat Sakit Kepala
Sakit kepala tegang yang terjadi sesekali biasanya dapat merespons dengan baik terhadap obat pereda nyeri yang dijual bebas. Namun perlu diingat bahwa penggunaan obat-obatan ini terlalu sering dapat menyebabkan sakit kepala harian jangka panjang.
Untuk sakit kepala yang sering atau parah, dokter mungkin akan merekomendasikan obat sakit kepala yang diresepkan. Triptan dan jenis obat lain mampu menghentikan migrain. Obat ini diminum saat tanda pertama sakit kepala datang.
Obat tekanan darah tinggi, kejang, dan depresi terkadang dapat mencegah migrain.
4. Pengobatan untuk Kondisi Medis Penyebab Sakit Kepala Sekunder
Perawatan untuk sakit kepala sekunder dapat dilakukan dengan pengobatan kondisi medis yang mendasari penyebabnya. Misalnya pembedahan biasanya diperlukan untuk memperbaiki penyebab sakit kepala sekunder.
Baca Juga: Obat Sakit Kepala yang Efektif Atasi Nyeri
Komplikasi Sakit Kepala
Komplikasi yang paling umum dari sakit kepala primer bukan disebabkan oleh sakit kepala itu sendiri, melainkan karena pengobatannya. Misalnya penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OANIS) berlebihan dapat menyebabkan sakit perut dan pendarahan gastrointestinal.
Salah satu komplikasi yang umum terjadi adalah sakit kepala akibat penggunaan obat yang berlebihan, yang bisa terjadi jika terlalu sering mengonsumsi obat pereda nyeri. Ini adalah sakit kepala serius yang harus diobati dengan menghentikan siklus pengobatan. Namun, untuk beberapa jenis pengobatan, ini menyebabkan gejala putus obat, sehingga prosesnya harus ditangani oleh dokter.
Komplikasi sakit kepala yang jarang terjadi meliputi:
- Status migrainosus. Migrain yang berlangsung lebih dari 72 jam tanpa ada kesembuhan. Hal ini mungkin memerlukan pengobatan dengan obat IV.
- Infark migrain. Kondisi ini terjadi saat stroke berkembang bersamaan dengan aura migrain.
- Aura persisten tanpa infark (PMA). Aura dapat bertahan selama seminggu atau lebih.
- Kejang terkait migrain. Kejang mungkin memerlukan perawatan yang berbeda dari migrain.
Pencegahan Sakit Kepala
Langkah penting untuk mencegah sakit kepala adalah mencari tahu penyebabnya. Pemicunya sangat spesifik untuk setiap orang, seperti apa yang membuat Anda sakit kepala mungkin tidak menjadi masalah bagi orang lain. Setelah mengetahui pemicunya, Anda harus menghindari atau meminimalkannya.
Misalnya, aroma yang kuat membuat Anda sakit kepala. Menghindari parfum dan produk beraroma dapat membuat perbedaan besar pada jumlah sakit kepala yang Anda alami. Hal yang sama berlaku untuk pemicu lainnya, termasuk:
- Makanan yang mengganggu.
- Kurang tidur.
- Postur tubuh yang buruk.
Namun, banyak orang tidak mampu menghindari pemicunya atau tidak mampu mengidentifikasi pemicunya. Dalam hal ini, pendekatan multidisiplin yang lebih personal dengan dokter spesialis untuk keluhan sakit kepala biasanya diperlukan.